GUEST

Sabtu, 16 Januari 2010

Hijrah

Memelihara diri dan kemaslahatan agama adalah perkara yang sangat utama dalam kehidupan seseorang Muslim. Sehinggakan ada ulama yang melarang tinggal di negara Kuffar kerana dikhuatiri tidak akan dapat menampakkan syiar agamanya. Hal ini lebih sinonim disebutkan sebagai 'hijrah'. Walaupun Maal Hijrah telah lama berlalu, namun rasanya masih belum terlewat untuk kita memahami dan menghayati semula pengertian hijrah. Terdapat banyak dalil yang menyeru kita untuk melakukan hijrah. Hijrah juga terbahagi kepada beberapa jenis :

Hijrah tempat :
Ia diwajibkan andai kata seseorang Muslim tidak dapat menampakkan syiar Islam apabila ia hidup di tengah-tengah masyarakat Kuffar dan khuatir keselamatan diri dan agamanya terancam.

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الأرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

”Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali” (An-Nisaa :97)

Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan berkenaan ayat ini : Ayat yang mulia ini turun mencakupi setiap orang yang tinggal di tengah-tengah orang musyrik, sedangkan ia mampu hijrah dan dia tidak mampu menegakkan agamanya, maka sesungguhnya dia menzalimi dirinya sendiri dan melakukan keharaman dengan ijma' ulama dan berdasarkan ketegasan ayat ini.( Tafsir Ibnu Kathir, juz 5, m/s 422)

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan : "Ini adalah ancaman yang sangat keras, yang menunjukkan wajib, sebab menegakkan kewajiban agama adalah wajib bagi mereka yang mampu, sedangkan tidak mungkin hal itu terpenuhi kecuali dengan hijrah, maka hijrahnya menjadi wajib" (Al-Mughni 8/457, dipetik dari blog http://Abul-Jauzaa.blogspot.com/ )

Hal ini juga merupakan peringatan akan larangan untuk sengaja bersenang-lenang tinggal di negeri Kafir melainkan ada tujuan-tujuan yang tertentu seperti belajar, memenuhi undangan, atau untuk tujuan berdakwah.

Syaikh Muhammad bin Solih al-Uthaimeen rahimahullah berkata :

”Tinggal di negeri kafir sangat berbahaya sekali bagi agama seorang muslim, akhlaq, dan adabnya. Kami telah menyaksikan dan juga selain kami, betapa banyak kalangan yang tinggal bersama mereka kemudian pulang menjadi orang-orang fasiq. Bahkan ada yang murtad dari agama Islam. Kita berlndung kepada Allah. Sehingga mereka menolak agama Allah dan mencela agama Islam serta orang-orang yang berpegang kepada agama Islam. Oleh karena itu, harus hati-hati dan dibuat persyaratan agar tidak terjatuh dalam kubang kehancuran tersebut. Jadi, tinggal di negeri kafir harus terpenuhi dua syarat utama :

Pertama : Terjaga agamanya orang tersebut, dimana dia memiliki ilmu dan iman sehingga dia bisa tegar di atas agamanya dan dapat menangkis segala kerancuan dan penyimpangan, serta menampakkan permusuhan terhadap orang-orang kafir, karena loyalitas kepada mereka bertentangan dengan keimanan.

Kedua : Dia mampu menampakkan agamanya dengan menjalankan syi’ar-syi’ar Islam tanpa ada larangan seperti melaksanakan shalat Jum’at, jama’ah, zakat, puasa, haji, dan syi’ar-syi’ar yang lainnya. Bila dia tidak mampu untuk menegakkannya, maka tidak boleh baginya untuk tinggal di sana dan dia wajib hijrah”.( Syarh Tsalaatsatil-Ushul hal. 131-134 oleh Ibnu ’Utsaimin, dipetik dari blog http://Abul-Jauzaa.blogspot.com/ )

Hijrah 'Amal :

Yakni hijrah daripada amalan yang buruk kepada amalan yang baik. Ataupun, suatu hijrah untuk memperbaiki diri, daripada buruk menjadi baik, atau daripada baik menjadi lebih baik. Yakni daripada sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru radiallahu anhu.


وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ
”Dan Al-Muhaajir adalah orang yang meninggalkan larangan Allah”

Al-Hafiz Imam Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan : "Seakan-akan orang yang berhijrah diperintahkan seperti itu, agar tidak hanya berhijrah tempat sahaja, tetapi lebih daripada itu,mereka benar-benar melaksanakan perintah syariat dan meninggalkan larangannya. Memang orang yang meninggalkan larangan Allah itu bererti ia telah melaksanakan hakikat hijrah" ( Fathul Bari jilid 1 : 90 )

Begitulah sedikit sebanyak perkongsian untuk sama-sama kita memuhasabahkan diri kita akan pengertian hijrah. Maka, sewajarnya kita menghayati semula erti Hijrah itu sendiri, bukan sekadar sibuk meraikan Maal Hijrah sedangkan tidak pernah pun dari kalangan Salaf As-Soleh merayakan perayaan itu. Perkara yang patut dimbil pelajaran adalah hakikat Hijrah Baginda SAW dan makna hijrah itu sendiri


Tiada ulasan:

Catat Ulasan